big head

Saturday, June 08, 2019

Kesombongan intelektual dalam perkataan

Kita sering lihat di berita-berita baik itu di TV ataupun di media online, ada politikus2 yang diwawancara entah karena kasus, dimintai pendapat, dll. Sering kan mereka menggunakan kata-kata sulit yang mungkin bagi beberapa pemirsah nya itu baru pertama kali denger? Ya, itulah, untuk menunjukkan kalo tingkat intelektualitas mereka diatas kalian2 ini yang mayoritas rakyat jelata. padahal bisa koq mereka pakai kata-kata standard yang semua orang juga ngerti, tapi kan engga.

Itu kasus politikus ya, kata-katanya gak bisa dipegang dan kemungkinan bahasa intelek mereka cuma pencitraan belaka, tau beberapa istilah kenegaraan aja rasanya udah jadi profesor. Gak semua, tapi kebanyakan begitu. Apalagi di beberapa tahun belakangan suhu politik di tanah air ku tidak kulupakan kan terkenang sepanjang hidupku ini, makin gak sehat. Banyak keluar tukang koar-koar perwakilan dari partai-partai, yang mengatasnamakan rakyat. Omongannya penuh istilah yang buat rakyat jelata itu gak ngerti cuma manggut-manggut aja trus bilang pinter itu orang. Tapi buat orang yang sekolahnya bener dan otaknya dipake, ini orang ngomong opo, muter-muter aja tapi gak ada isinya.

Beda lagi kasusnya dengan mayoritas dokter-dokter Indonesia. Pernah gak kita klo sakit trus ke dokter, terus kita tau penyakit kita apa? Ini malah jawabannya terkesan disederhanakan karena klo kita dikasih tau nama penyakitnya ya gak bakal mudeng juga. "Dok, jadi anak saya kenapa itu panas dingin?" dokternya jawab "oh, itu kena virus." Yeah makasih dokter atas penjelasannya.. Kecuali ya penyakit yang udah jelas kaya tipes atau DBD. Misalnya kita mencret-mencret aja kadang gak ada penjelasan gara-gara apa. Palingan keracunan makanan.

Padahal, itu hak kita loh buat tau virusnya apa, nyerangnya ke bagian apa, dan obatnya yg dia kasih itu gunanya apa serta cara kerjanya gimana. kan kita bayar mereka. Tapi ini jadi kaya kita yang butuh dokter, orang-orang sakit yang menyusahkan idup mereka. udah gitu maunya nyuruh pasien cepet2 keluar pula. Atau klo dirawat inap, cuma ditengok, ditanya gimana kondisinya? suster dampingin. Udah ga ampe semenit kelar, itu kena charge visit. Duh, jadi ngelantur hahaha, maklum emosi terpendam.

Menurut gue, klo kita mau pakai bahasa akademik, sesuaikan aja dengan audiens nya. Sesama politikus ya boleh adu2an istilah. Sesama dokter juga boleh ngobrol pake istilah akademik latin2 itu. Kalau ke orang biasa, gunakanlah kata-kata yang umum aja, gak perlu spesifik. Emang kita jadi keliatan pinter dan menguasai bidang kerja kita, tapi klo maksud kita engga tersampaikan ya buat apa juga? Percuma kan kita pamer-pamer bahasa istilah setinggi langit ujung-ujungnya orang malah nanya itu apaan? Misalnya kaya gue nih sebagai orang kreatif, kan ga mungkin kasih tau ke orang istilah paskris, pisau pon, hot foil cold foil ke orang-orang awam. Paling kasih tau itu jalur buat potong kertasnya, atau itu nanti kaya di krom deh warnanya. beres pan.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home